Secara
fitroh manusia memang mempunyai naluri asasi berupa gharizatun baqo’ (naluri
mempertahankan diri). Contoh sederhana adalah saat manusia akan dipukul, maka
secara reflek manusia akan menghindari pukulan dengan cara apapun agar tidak
tersakiti karena pukulan itu. Hal ini berhubungan dengan kepekaan atau
sensitifitas perasaan manusia. Dan naluri ini perlu managemen.
Yang
akan sedikit mengkhawatirkan adalah jika naluri mempertahankan diri ini
bereaksi ketika ada kritik atau masukan untuk diri kita. Adakah kita adalah
tipe manusia yang seperti itu? Selalu bertahan terhadap argumennya tanpa mau
memberi kesempatan orang lain untuk menambah dan memperbaikinya. Hatta argumen
itu kurang tepat.
Ketika
ada kritik dan masukan dari saudara kita lantas kita malah bertahan dalam
pendirian kita tanpa mempertimbangkan saran tersebut? Menganggap diri sebagai
yang telah baik dan kebaikan itu mutlak, sehingga saat ada kritik dari orang
lain kita kita secepat kilat membangun lebih tinggi benteng pertahanan kita?
Kritik,
saran,atau masukan dalam bentuk apapun adalah pemantik diri kita. Baik secara
sopan atau bahkan dalam wujud cacian mungkin, kritik adalah bahan kita untuk
evaluasi diri. Karena sebuah kritikan tidak akan mungkin kita terima jika apa
yang kita tampilkan sesuai dengan maksud dan keinginan pengkritik. Ada
ketidakpuasan saat seseorang mengkritik, dan itu artinya kritikan adalah
kepuasan yang sebenarnya diharapkan dari kita. Jika kita menolak kritikan itu,
maka bagaimana kita mengerti maksud orang lain?
Bertahan
dengan sikap yang terbaik dari kita adalah sebuah keteguhan hati, dan keteguhan
hati harusnya bisa dirasakan orang lain karena beda antara keteguhan hati
dengan egoitas diri. Terlebih saat kita kekeh
bertahan dalam sikap buruk kita. bongkarlah benteng kita disaat memang
kritik itu untuk memperbaiki diri kita. jangan segan atau malu melakukan itu,
karena jika palu kritik itu tidak kita manfaatkan untuk menggempur benteng
pertahanan kita maka selamanya kita akan terkukung bersama keburukan kita.
Bongkarlah
benteng pertahanan diri kita untuk masuknya kritik dari orang lain. Karena
berbagai kritik itu akan menempa diri kita menjadi pribadi bersahaja dan
senantiasa melakukan perbaikan-perbaikan dalam kehidupan ini. Manusia bukanlah
makhluk yang hanya akan berbuat kebaikan semata, oleh karena itu
memperhitungkan penilaian orang lain terhadap diri kita tidaklah akan
menghilangkan jati diri kita. justru itulah yang akan membentuk kualitas diri
dalam menapaki perjalanan hidup ini.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar