Sabtu, 30 April 2016

Manusia dan Pensil

Benarlah, usia manusia itu ibarat pensil, yang terus tergerus karena rautan masa guna menajamkan akal dan hatinya untuk menggoreskan hikmah kehidupan yang ada. Setiap perjalanan peristiwa, meninggalkan hikmah untuk kita semua. Masih segar ingatan kita bagaimana nuansa syahdu ramadhan yang terjadi pada pertengahan bulan Juni hingga Juli kemarin. Di bulan itu, kita sebagai muslim dilatih oleh Allah swt. berlomba dalam kebaikan, dalam beribadah. Sebulan itu kita berlatih untuk menahan diri dari hawa nafsu, berlatih ikhlas dan sabar.

Selesai bulan ramadhan, tidak berapa lama kemudian kita memasuki bulan agustus. Jika bulan ramadhan adalah bulan perayaannya ummat muslim di seluruh dunia, maka bulan agustus bisa dikatakan sebagai bulan perayaannya masyarakat Indonesia karena di bulan Agustus Indonesia merdeka dan setiap tahun masyarakat Indonesia di lapisan mana saja akan merayakannya. Bentuk perayaan yang paling sering dilakukan masyarakat untuk memperingati HUT RI adalah dengan menggelar berbagai macam perlombaan yang diikuti baik oleh anak-anak maupun orang dewasa.

Dari dua moment, bulan ramadhan dan bulan kemerdekaan yang telah kita lalui baru-baru ini, secara tidak sadar memberikan kita hikmah, bahwasanya secara berulang-ulang sebenarnya kita berlatih, kita berlomba. Dari perlombaan religious di bulan ramadhan disambung perlombaan nasionalisme dulan kemerdekaan.

Banyak hikmah yang bisa kita ambil perlombaan yang kita alami, salah satunya adalah managemen diri kita, mengenai stragtegi untuk bertahan menang dalam kebaikan seperti menahan hawa nafsu, menahan amarah saat puasa, yang pada intinya adalah kemenangan yang ingin diraih. Selain itu kita juga bisa melajar sportifitas. Bahwasanya dalam perlombaan melakukan kebaikan itu bukan saling menjatuhkan tapi bagaimana bisa bersama-sama mencapai kebenaran yang menjadi tujuan.


Satu hal lagi yaitu Allah memberikan pelajaran dalam perlombaan berupa keikhlasan yang membuat kita bahagia dalam berjuang. Bisa melaksanakan puasa, berlapar lapar tapi hati kita bahagia, kita mengikuti perlombaan tarik tambang, balap karung dan sebagainya juga dengan bahagia meski sebenarnya menguras energy kemanusiaan kita. inilah yang hendaknya menjadi oase dalam hidup kita. di zaman yang serba sulit seperti sekarang semoga kita bisa mengambil hikmah dari setia[ peristiwa, berjuang dengan gembira, penuh khusyuk dalm menjalani hari-hari kita seperti saat kita menjalani bulan ramadhan dan perayaan kemerdekaan.[]

Kamis, 28 April 2016

Surat Cinta dari-Nya


Cinta. Dari zaman dahulu hingga sekarang kata cinta sering muncul dan dibahas oleh semua orang. Bahkan dalam perjalanannya, kata cinta menjadi bermakna negatif bagi sebagin orang karena memang akhir-akhir ini banyak sekali kejadian negatif yang mengatasnamakan cinta. Benarkah semua itu?

Dalam islam, cintapun terbahas. Rumus mutlak untuk cinta dalam Islam adalah menempatkan cinta kepada Allah sebagai cinta yang tertinggi dan hakiki. Tak ada cinta yang paling sejati yang harus diupayakan oleh ummat islam melainkan cinta kepada Allah swt. karena dari cinta kepada Allah swt inilah yang kemudian turun dan menyebar untuk tumbuhnya cinta-cinta yang lain dengan ungkapan cinta yang benar.

Saat kita mencintai Allah maka kita akan mencintai Rasulullah saw. karena cinta kepada Rasul adalah bukti kita mencintai Allah swt. Selain itu, Allah swt adalah adalah Dzat yang mencintai manusia. Allah swt. menurunkan surat cinta melalui Rasulullah Muhammad saw. berupa AL-Quranul kariim. Iya, Al-Quran adalah surat cinta tulisan Allah swt.

Dalam surat cinta itu Allah berkisah tentang nabi, dan rosul-Nya, serta beberapa peristiwa yang itu penuh hikmah dan pengajaran untuk hamba-Nya. Dalam Al-Quran Allah memberitahukan kepada manusia tentang  mana yang haq dan mana yang batil. Petunjuk mengarungi hidup, baik dalam aspek ekonomi, pemerintahan, sosial, semua termaktub di dalamnya.

(Alquran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (QS.Ali Imron:138)

Termuatlah bagaimana hendaknya kita berinteraksi dengan manusia lain, orang tua, yatim, orang non-muslim. Terbahas semua tentang mana yang halal dan mana yang haram, apa itu amalan menuju surga dan menuju neraka. Semua lengkap di dalamnya. Asli 100% dari Allah swt.

Telah sempurnalah Kalimat Tuhnmu (Alquran, sebagai kalimat yang benar dan adil, Tidak ada yang dapat merobah-robah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-An’am:115)

Membaca, mendengar, mentadaburi, mengamalkan adalah ibadah yang oleh Allah disediakan pahala baginya. Dan saat kita memang mencintai Allah swt, maka membaca, mendengar, meresapi, dan melakukan isi sebuah surat cinta dari Yang Tercinta adalah sesuatu yang luar biasa. Untuk itu, sudahkah kita merasakan cinta yang luar biasa kepada Allah swt. saat kita berinteraksi dengan Al-Quran?

Al-Quran adalah petunjuk, pembeda, bahkan obat bagi manusia. Dewasa ini banyak sekali pembuktian-pembuktian akan kebenaran Al-Quran secara ilmiah dalam bidang ilmu apapun. Tentulah semua itu benar, karena penulisnya adalah Dzat Yang Maha Benar. Hanya orang-orang yang merugilah mereka yang tidak mengimani Al-Quran, karena disana semua cinta Allah swt untuk kita tertulis.

Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Alquran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (QS. An-Nahl:101)

Untuk itu saudaraku, marilah kita berupaya untuk mencintai Allah swt dengan mencintai Al-Quran. Cinta itu terwujud dalam usaha kita untuk senantiasa membaca, mendengarkan, mentadaburi, dan mengamalkan isi surat cinta Allah swt, yakni Al-Quran.[Syilvi]


Rabu, 27 April 2016

Bilamana Kita Harus Berbagi?



Sabda Rasulullah saw.:
Dari Abu Musa Al-Asyary ra. dari Nabi Muhammad saw. bersabda, "Tiap-tiap Muslim haruslah bersedekah"; Sahabat bertanya; "Bagaimana kalau dia tidak mampu Ya Rasulullah?"; Nabi menjawab, "Dia harus berusaha dengan kedua tangan (tenaga)nya hingga berhasil untuk dirinya dan untuk bersedekah"; Sahabat bertanya, "bagaimana kalau dia tidak mampu?"; Nabi menjawab; " menolong orang yang mempunyai kebutuhan dan keluhan"; Sahabat bertanya, "bagaimana kalau dia tidak mampu?"; Nabi menjawab, "Dia melakukan sesuatu perbuatan baik atau menahan dirinya dari perbuatan munkar (kejahatan) itupun merupakan shodaqoh baginya".

Allah swt. berfirman:
........ dan tetaplah kamu ber-INFAQ untuk agama Allah, dan janganlah kamu menjerumuskan diri dengan tanganmu sendiri kelembah kecelakaan (karena menghentikan INFAQ itu)." (Q-S. Al Baqarah ayat 195)

Dari firman Allah swt. dan sabda Rosul saw., maka telah sangat terang bahwa berbagi dalam bentuk infaq dan sedekah adalah amalan yang implementasinya harus tumbuh subur dalam kehidupan kita. Dengan upaya yang maksimal seperti yang termaktub dalam hadist diatas, saat tidak mampu bersedekah dengan harta, maka ada alternatif-alternatif keringanan, yang pada intinya adalah setiap muslim bersedekah, dalam keadaan sempit maupun lapang. Dan Allah swt.telah memperingatkan agar kita tidak menjerumuskan diri sendiri karena kita tidak berinfaq.

Sebuah potret hidup seorang sahabat yang implementasi berbaginya (infaq dan sedekah) tumbuh mendarah daging, beliau adalah Ikrimah, sosok yang jiwa dermanya luar biasa meski dalam keadaan sempit sekalipun.
Terkisah, setelah masuk Islam, Ikrimah bersumpah, “Demi Dzat yang telah menyelamatkanku di saat perang Badar.” Ia bersyukur kepada Tuhannya karena ia tidak mati terbunuh dalam perang Badar. Ia masih tetap hidup sampai akhirnya Allah pun memuliakannya dengan Islam. Ia selalu membawa Mushaf sambil menangis, “Kitab Tuhanku, kitab Tuhanku.”

Pada saat perang Yarmuk meletus dengan hebatnya dan pasukan Romawi hampir mengalahkan pasukan Islam, maka singa yang buas, Ikrimah, pun bangkit dan berkata, “Minggirlah wahai Khalid bin Walid, biarkan aku menebus apa yang telah aku dan ayahku lakukan. Dulu aku memusuhi Rasulullah saw. Apakah sekarang aku akan lari dari pasukan Romawi? Demi Allah tidak, selamanya tidak akan terjadi!”

Ikrimah berteriak, “Siapakah yang akan membaiatku untuk mati?” Pamannya, Harits bin Hisyam, dan juga Dhirar bin Al-Azwar berdiri untuk membaiatnya. Ikut bersama mereka empat ratus pasukan muslim. Mereka memasuki arena peperangan hingga mereka dapat mengalahkan pasukan Romawi, dan Allah pun memberikan kemenangan dan kemuliaan bagi pasukan-Nya.


Perang pun selesai. Ikrimah tegeletak terkena tujuh puluh tikaman di dadanya. Sedang di sampingnya adalah Al-Harits bin Hisyam dan Ayyasy bin Abi Rabi’ah. Al-Harits memanggil-manggil meminta air. Namun ia melihat Ikrimah sangat kehausan, maka ia berkata, “Berikanlah air itu pada Ikrimah.” Ikrimah melihat Ayyasy bin Abi Rabi’ah juga sangat kehausan. Ia berkata, “Berikanlah air itu pada Ayyasy.” Ketika air hampir diberikan, Ayyasy sudah tidak bernyawa. Para pemberi air dengan cepat menuju Ikrimah dan Al-Harits, namun keduanya pun sudah tiada. Subhaanallaah!!!



Saudara, marilah kita suburkan berbagi dengan sesama dalam diri dan hidup kita. Sempit dan lapang hanyalah kondisi, bukan alasan berbagi atau tidak. Setiap detakan waktu adalah kesempatan kita untuk beramal, dan berbagi tidak ada batasan waktu. Oleh karena itu semoga kita semua senantiasa saling berbagi dengan kemampuan masing-masing. []

Selasa, 26 April 2016

Berbagi adalah Keseimbangan


..... Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? (QS. Al-Mulk:3)
Allah menciptakan segalanya adalah dengan prinsip seimbang. Dalam penciptaan langit, Allah menciptakan pula bumi, dalam penciptaan malam, siangpun ada. juga laki-laki dan perempuan, baik dan buruk, besar dan kecil, miskin dan kaya, hingga surga dan neraka. Subhanallah! Semuanya seimbang.
Berbicara tentang keseimbangan miskin dan kaya, dua keadaan ini adalah sebuah sunatullah dalam hidup manusia. Kondisi ini akan tetap ada dalam kehidupan dan semua punya peluang sama untuk mencapai salah satunya. Hanya saja setiap manusia berbeda dalam menyikapi kondisi ini.
Bukan karena bekerja manusia kaya dan karena tidak bekerja manusia miskin, karena bekerja bukanlah sebab datangnya rezeki bagi manusia. Rezeki adalah pemberian Allah swt. pemberian yang mana ada pertanggungjawaban bagi manusia. Nah, pertanggungjawaban inilah yang kemudian membuat kondisi miskin dan kaya seimbang.
Allah SWT berfirman, Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)". dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, Maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya. (QS. Saba’ : 39)
Zakat dalam aturan Allah swt. adalah ibadah wajib bagi ummat muslim. Dan ibadah ini adalah bentuk menyeimbangkan antara miskin dan kaya.
Dalam QS At-taubah ayat 103, Allah berfirman:
"Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka."

Rasulullah saw. juga bersabda, "Islam dibangun atas lima rukun : syahadat “la ilaha illaLah muhammadar rosululLoh”, menegakkan sholat, membayar zakat, menunaikan ibadah haji dan shoum di bulan ramadhan."

Menurut bahasa, zakat adalah tumbuh (numuww),Suci (thaharah) dan bersih Berkembang dan bertambah (ziyadah) , sedangkan menurut Istilah Fiqh artinya menyerahkan sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah kepada orang-orang yang berhak menerimanya
Dari sini, maka tujuan zakat ada 2, yakni:
Yang pertama, membersihkan : Membersihkan jiwa orang yang memiliki kelebihan harta dari kekikiran, membersihkan hati fakir miskin dari sifat iri dan dengki, membersihkan masyarakat dari benih perpecahan, dan membersihkan harta dari hak orang lain
Tujuan zakat yang kedua adalah mengembangkan: Mengembangkan kepribadian orang yang memiliki kelebihan harta dari eksistensi moralnya, Mengembangkan kepribadian fakir miskin, mengembangkan dan melipatgandakan nilai harta, sebagai Sarana jaminan sosial dalam islam dan sebagai sarana mengurangi terjadinya kesenjangan sosial
Selain zakat, ada ibadah sunnah yang berkaitan dengan harta, yakni infaq dan sedekah. Sebagai ibadah sunnah, infaq punya tujuan, yaitu mengharap ridho Allah dan melatih diri untuk berbagi dengan yang memerlukan. Dan manfaat sedekah adalah untuk dapat mencegah datangnya bala. Untuk dapat memelihara harta dari hal-hal yang tidak diinginkan dan untuk mengharap keberkahan harta yang dimiliki.
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Baqarah:177)

Selain itu, ada juga firman Allah swt yang artinya:

Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.(QS.Al-Isra’:26)

Juga telah disampaikan bahwa bekerja merupakan bentuk ikhtiarnya manusia memperoleh rezeki, namun, bekerja bukanlah sebab dari datangnya rezeki karena rezeki itu adalah pemberian Allah swt. Manusia mendapatkan rezekinya adalah karena Allah swt yang memberi, bukan karena ia bekerja.

Oleh sebab itu, maka dalam penerimaan rezeki dari Allah swt. disitu juga ada hak yang bukan hak kita. Dalam QS.Al-Isra’:26 yang senada dengan QS.Ar-Rum:38, telah Allah swt. sampaikan bahwa dalam harta (rezeki) yang kita terima ada hak orang lain.


Oleh karenanya, rezeki yang Allah berikan kepada manusia bukanlah bulat-bulat milik kita pribadi, ada hak orang lain disana, orng yang memerlukan. Dan saat kita menyerahkan hak mereka atas rezeki kita maka Allah swt. menjanjikan pahala dan nikmat yang berlipat pula. Wallahu’alam bish shawwab![red-].