Suatu hari saat sedang berkumpul dengan
sahabat-sahabatku, kami dengan enjoy sedang membicarakan tentang pendidikan
untuk anak kami masing-masing. Seorang teman membuka percakapan ini dengan
keluhan hatinya yang galau memilih sekolah untuk anak pertamanya. Satu sekolah
sudah cocok, ternyata ada info bla-bla-bla sehingga goyah kembali.
Pembicaraan dengan teman ini ternyata cukup berat dan
memakan waktu yang lama. Ada yang bercerita pengalamannya, ada yang
menyampaikan info yang dia punya, macam-macam. Bahkan ada yang hanya
manggut-manggut saja lantaran belum sampai masanya mengalami kegalauan untuk
pendidikan anaknya.
Pembaca yang budiman,
Dari pembicaraan yang lumayan panjang itu, bisa kita
pahami ternyata semua keputusan itu mengandung resiko. Saran yang
direkomendasikan, sebaik apapun pasti ada resikonya saat kita jalani.
Memutuskan anak kita untuk sekolah di sekolah full day misalnya, kita akan
menemukan resiko seperti waktu dirumah bagi anak akan terbatas sehingga anak
tidak seberapa baik jiwa sosialnya dengan orang-orang di rumah dan sekitarnya,
atau anak akan terus mengeluh capek Karena jam belajarnya lama, dan sebagainya.
Saat memutuskan untuk anak sekolah di sekolah yang
normal, pulang siang. Sebagai orangtua kadang ada yang merasa tidak maksimal
pembelajarannya, ekstra-nya kurang, anak akan terytinggal dengan anak-anak
fullday, dll. Belum kalau kita membandinagkan satu sekolah dengan sekolah yang
lain tentang kualitasnya, sarana prasarana, jurusannya (bagi yang kejuruan),
dan masih banyak lagi yang tentu saja semua itu mengandung resiko.
Para orangtua yang bijak,
Sebenarnya tugas kita sebagai orangtua yang utama
bukanlah memusingkan diri untuk mencari sekolah yang pas untuk anak kita.
Memang itu hal penting, tapi ada yanglebih utama, yaitu mendidik anak kita
untuk hakikat mencari ilmu. Sebagai orangtua kita punya kewajiban untuk
menanamkan kepada anak kita bahwa sebagai manusia dia mempunyai tugas khusus,
yaitu beribadah kepada Allah dan menjadi khalifah di bumi ini. Kondisi ini yang
harus kita pantau terus menerus dalam diri anak kita. Supaya mereka menjadi
manusia yang selalu tunduk kepada Allah swt. dan ia akan menjadi pemimpin
(pemelihara) bumi ini.
Dengan demikian, ia akan merajut ilmunya dengan aqidah
yang benar karena ia sudah tahu misi besarnya sebagai manusia dalam
hidupnya. Sehingga dimanapun ia menuntut ilmu, dan suatu saat ia sukses, maka
ia akan sukses dalam bingkai syar’i. ilmunya akan manfaat, ia mau tekun di
bidang apa, ia kursus apapun, ia jadi apapun tidak masalah, karena ia akan
menjadi manusia yang bisa mengemban tugas khususnya.
Sebagai orangtua kita juga tidak akan
merasa kecewa dengan anak yang diimpikan menjadi dokter ternyata ia menjadi
akuntan handal, anak yang diharapkan menjadi polisi ternyata ia jadi pengusaha,
dst. Kekecewaan itu tidak akan terjadi, karena yang menjadi visi besar orangtua
adalah bagaimana anak ini sukses dalam bingkai syar’i. Dan ini adalah masa yang
akan ia jalani dengan cukup panjang, begitu juga bagi orangtua.[]