Manusia diciptakan Allah swt. dengan potensi
yang sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya. Saat hewan dan tumbuhan
tidak dikaruniai akal, manusia justru menjadi unggul karena akal ini. Dengan
akalnya manusia bisa mengelola bumi ini, mengembangkan ilmu pengetahuan dan
menciptakan berbagai sarana untuk mempermudah aktivitas kehidupan.
Konon, manusia hanya mengenal kapal layar
sebagai sarana transportasi jika ingin bepergian antar wilayah yang terpisahkan
oleh perairan. Dengan tenaga angin kapal itu bisa membawa manusia menuju tempat
tujuan. Tapi kini manusia bisa membuat bermacam-macam sarana untuk mobilisasi
itu. Diciptakanlah kapal dengan tenaga mesin yang bisa memotorikkan kapal tanpa
menunggu angin bekerja. Lebih lebat lagi, muncullah pesawat terbang sehingga
manusia bisa terbang melintasi udara seperti burung untuk menuju suatu tempat.
Allah swt. memang menciptakan kehidupan ini
dengan fitrahnya yang semuanya serba mungkin. Dengan akal, manusia diminta
untuk berpikir dan terus mengembangkan pikirannya untuk perubahan menuju
kebaikan dalam kehidupan ini. Dengan akalnya manusia bisa merencanakan kesuksesan-kesuksesan
dalam hidupnya. Manusia bisa meraih kesuksesan itu.
Lalu bagaimana dengan manusia yang nasibnya
selalu malang? Hidupnya terpuruk dan bergelimang dalam lumpur ketidakberdayaan.
Gagal....Selalu begitu tanpa ada perubahan.
Allah swt. selalu bermaksud baik saat
menciptakan apapun di dunia ini, termasuk saat menciptakan manusia. Tidak
pernah ada manusia yang lahir dan dijatah Allah swt. bernasib buruk karena
Allah swt. Maha Baik. nasib manusia yang menentukan adalah kekuatan ikhtiar
manusia itu sendiri. Disebutkan bahwa Allah swt. tidak akan mengubah nasib
manusia jika manusia itu tidak manu mengubah nasibnya. Sehingga, sebenarnya
tidak ada alasan bagi manusia untuk terus bergelimangan dalam keterpurukannya.
Sebaliknya, manusia mempunyai alasan kuat untuk bangkit di saat terpuruk,
bangun ketika gagal dan terus berusaha mencapai kesuksesan.
Kapal layar bisa tergantikan oleh sarana yang
lebih hebat adalah karena manusia mau berpikir dan mengembangkan pikirannya.
Coba apa yang terjadi jika manusia malas menggunakan akalnya untuk
mengembangkan transportasi kapal layar? Bisa sampai sekarang kita tidak akan
kenal pesawat terbang sehingga kemana-mana dengan kapal yang memakan waktu
relatif lama.
Jadi, kunci dari sebuah perubahan adalah pada
manusia, bukan pada garis nasib. Jika manusia mau menerima dengan baik karunia
Allah swt. yang berupa akal, maka manusia akan mampu membangun kehidupannya
dengan baik. Namun, jika manusia tidak menerima dengan baik karunia-Nya
sehingga bermalas-malasan, mudah menyerah dengan keadaan dan tidak
mengoptimalkan akalnya untuk berikhtiar, maka perubahan itu akan sulit terjadi
dalam hidup manusia. Sebagai manusia kita hendaknya sadar, bahwa karunia akal
itu adalah karunia istimewa yang diberikan kepada manusia, makhluk hidup
lainnya tidak mendapatkannya. Jadi, mengapa kita tidak menerima karunia terbaik
yang berupa akal ini?[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar