Mengapa perjalanan semalam itu begitu sempurna? Seorang manusia
diajak rihlah, berkunjung dari satu
langit ke tingkatan-tingkatan di atasnya, berkunjung ke Singgasana Terbaik,
kemudian pulang dengan hadiah istimewa berupa sholat lima waktu dalam sehari
yang hikmahnya terasa bagi seluruh ummat manusia. Dalam perjalan yang tersebut
sebagai isra’mi’raj, kisah perjalan Rasulullah saw. ini menjadi fenomenal
sepanjang sejarah kehidupan.
Setiap tahun kita bahkan mengenangnya, sebab memang banyak hikmah
yang dapat kita petik dari sepenggal kisah perjalanan istimewa itu. Mengapa
perjalanan semalam itu begitu sempurna?
Sebelum Rasulullah saw. melaksanakan perjalan ke langit, oleh
malaikat, hati beliau dibersihkan dengan tingkat suci tertinggi bagi manusia.
Kemudian para malaikat menyiapkan kendaraan terbaik, digambarkan lebih besar dari keledai tapi lebih rendah dari baghal dengan kecepatan secepat kilat.
Juga malaikat mengajarkan kepada beliau membaca doa agar terhindar dari
gangguan selama perjalanan. Ini berhikmah pada kita bahwa, perjalanan yang luar
biasa itu tidak terjadi begitu saja.
Perjalanan yang sempurna dalam semalam itu sebelumnya telah
melalui sebuah persiapan. Proses penyucian hati yang sempurna, kendaraan yang
disiapkan dengan sebaik mungkin, dan doa terbaik diajarkan untuk dibaca. Inilah
bagian dari perjalan sempurna itu.
Pertanyaannya sekarang, dimanakah semua itu terjadi? Jawabannya
adalah bumi.
Persiapan matang untuk perjalanan istimewa itu terjadi di bumi.
Tiga malaikat, yaitu, Jibril, Mikail, dan Israfil menjemput Rasulullah saw.,
dibawa ke sumur zam-zam untuk pembelahan dada dan penyucian tingkat tertinggi,
bukan langsung menunaikan perjalanan, meskipun secara logika, waktunya
terbatas: semalam saja.
Mari ambil hikmahnya! Jika ada tempat yang paling penuh dengan
cinta, maka jawabannya adalah bumi. Sehingga untuk menyucikan hati Rasul
tercinta dilakukan di bumi dengan salah satu komposisi bumi itu sendiri, yaitu
air, dalam hal ini air suci zam-zam. Kita semua tahu bahwa air zam-zam adalah
air cinta yang kisahnya tidak lepas dari rasa cinta antara Allah swt. kepada
hambanya hingga cinta seorang ibu, yakni Hajar kepada putranya.
Betapa Allah swt. menciptakan bumi dengan sepenuh cinta, kemudian
memilihnya pula untuk menjadi pendaratan Adam dan Hawa merajut cinta.
Penciptaan bumi adalah dengan kesempurnaan cinta dari Allah swt. semuanya
sempurna, tidak ada pemakluman sekecil apapun. Ukurannya, komposisinya,
strukturnya, pergerakannya di tata surya, hingga pada makhluk-makhluk ciptaanNya
yang menghuni.
Tempat itu bernama bumi. Sebelum manusia melaksanakan perjalan
jauh menuju Rabb-nya, maka bumi adalah tempat persiapan segalanya. Perjalanan
manusia menuju Allah swt. adalah bukan perjalanan yang begitu saja. Jika Rasul
saw. dalam peristiwa isra’mi’raj saja disiapkan sedemikian rupa sebelum
berkunjung ke Arsy’Nya, maka apalah kita sebagai manusia biasa kelak ketika
perjumpaan dengan-Nya tiba.
Setiap kehidupan kita di bumi adalah dalam rangka menyiapkan
perjalanan panjang menuju alam kekal bernama akhirat. Apa lagi yang pantas kita
lakukan selain menyiapkan perjalanan yang tidak biasa itu selain menyambut
kematian dengan sebaik mungkin? Menyiapkan amal-amal terbaik sebagai kendaraan
yang mumpuni untuk melewati jauhnya perjalanan menuju Allah swt., dan doa-doa
tawakkal yang seharusnya senantiasa kita panjatkan: Semoga Allah swt. merahmati
kita, dan kelak kita dapat bertemu dengan-Nya.
Sekali lagi, segala persiapan itu (bisa) terjadi di bumi.[]
Saya suka gaya bahasa yang dipake... sederhana dan mengalir 😊😊😊
BalasHapusTerimakasih, Mas Ilham Sadli. Saya jadi semangat ngeblog lagi. hehehe....
BalasHapusTulisannya keren mbak
BalasHapusTerimakasih, Mbak Fitri Areta.
BalasHapus