Jumat, 10 Mei 2013

Danau Berbatu


Sering tidak kita sadari, ternyata lisan ataupun perbuatan kita begitu berbahaya jika kita tidak menjaganya. Perkataan yang terucap dari lisan tanpa kita sadari terkadang menyakiti hati orang lain. Perilaku kita terkadang juga demikian, tanpa sadar itu melukai yang lain. Semakin sering kita berinteraksi dan melakukan komunikasi dengan seseorang, maka semakin besar peluang kita menyakiti orang tersebut.

Ketika kita telah berkata yang menyakiti orang lain, maka kita tidak akan bisa menarik kembali ucapan. biasanya, kita akan menggunakan kata maaf sebagai penghapus kata yang melukai itu. Tapi apakah kata maaf itu benar-benar menghapus dan mengobati luka itu?

Ibarat sebuah batu yang dilempar ke dalam danau yang airnya tenang. Saat sebuah batu di lemparkan, seketika danau yang tenang itu tentu akan beriak. Namun, lama-kelamaan riak itu menghilang dan danau kembali tenang seperti semula. Tapi sadarkah kita perubahan apa yang terjadi pada danau tenang itu? Ternyata, tidak bisa dihilangkan bahwasanya danau tenang itu dalamnya telah terdapat batu.

Saudara muslim,                                            
Begitulah kondisi hati manusia. Terkadang saat sebuah hati kita sakiti dengan lemparan perkataan kita yang menyakitkan, hati saudara kita sakit dan dia melakukan perlawanan seperti kecewa, marah, dan sebagainya. Ketika itu kita sebagai pelempar batu biasanya mengandalkan kata “Maaf” untuk membuat semuanya kembali seperti semula. Bisa berhasil memang, tapi kenyataan yang tidak bisa diubah adalah hati itu telah tergores oleh ucapan buruk kita, ia tak sama seperti dulu lagi.

Oleh karena itu, marilah kita menjaga benar diri kita agar sikap, lisan dan apapun dari kita tidak melukai orang lain. Karena apa yang telah kita lakukan tidak dapat kita tarik kembali, dan perbaikan pun jikalau bisa tetap saja akan meninggalkan bekas di dalam hati orang lain.[]